Seringkali mungkin kita merasa orang
terpandai ketika kita mendapatkan nilai mata pelajaran matematika,
fisika, kimia ataupun mata pelajaran lain yang berbasis hitungan dengan
angka sempurna. Perasaan bangga selalu menghinggapi siapa saja, baik
yang bersangkutan, orang tuanya, bahkan mungkin teman dekatnya.
Di sisi lain, yang perlu direnungkan
adalah bagaimana halnya dengan teman yang kebetulan nilai matematika
ataupun IPA selalu jeblok walaupun sudah berulang kali belajar bahkan
mungkin menghabiskan waktunya untuk selalu belajar matematika dengan
sungguh-sungguh? Apakah kita dengan serta merta memberikan cap bahwa
teman kita yang tidak bisa matematika dianggap sebagai anak yang bodoh?
Artikel singkat ini ditulis untuk menjawab pertanyaan tersebut, dengan
melihat kondisi bahwa pada dasarnya setiap manusia dilahirkan di dunia
ini dengan memiliki keunggulannya masing-masing, yang dikenal dengan
istilah multiple intelligence.
Bukanlah suatu kesalahan jika salah satu
di antara kita lebih menyukai suatu pelajaran tertentu daripada
pelajaran lainnya karena memang setiap manusia memiliki bidang
kecerdasan yang dominan dan berbeda satu sama lain. Seperti halnya buah,
setiap buah memiliki rasa yang berbeda-beda: asam, manis, ataupun
pahit. Variasi tersebut membuat seporsi rujak begitu menggoda selera.
Begitu pula dengan adanya variasi kecerdasan (multiple intelligence), kita dapat memiliki dunia dengan berbagai variasi keajaiban dan kebahagian.
Multiple intelligence telah
menghasilkan seorang ilmuwan dengan berbagai penemuan canggihnya, juga
seorang seniman yang memberikan decak kagum lukisan pemandangan yang
sangat indah, bahkan seorang pesepak bola yang enak ditonton kemampuan
olah bolanya. Begitulah multiple intelligence menjadikan dunia ini tidak monoton dan tidak membosankan.
Seorang pakar psikologi perkembangan,
Howard Gardner, berteori bahwa kecerdasan manusia meliputi kecerdasan
matematika logika, kecerdasan bahasa, kecerdasan musikal, kecerdasan
visual spasial, kecerdasan kinestetik, kecerdasan intrapersonal,
kecerdasan interpersonal, dan kecerdasan naturalis.
Kecerdasan matematika-logika
Kecerdasan matematika-logika merupakan
kecerdasan yang menunjukkan kemampuan seseorang dalam berpikir secara
induktif dan deduktif, serta berpikir logis dan ilmiah. Seseorang yang
cerdas secara logika-matematika seringkali tertarik dengan pola dan
bilangan atau angka-angka dan lebih pandai memahami dan menganalisis
pola tersebut. Konsistensi dalam berpikir membuatnya pandai dalam
berargumen dengan mengutarakan sebab dan akibat (implikasi) suatu kasus.
Secara akademis, seseorang dengan
kecerdasan matematika-logika akan lebih menyukai pelajaran-pelajaran
eksakta yang cenderung tidak dapat diargumentasikan secara subjektif,
seperti matematika, fisika, dan kimia. Pada pelajaran semacam ini mereka
akan menekankan kepada pemahaman konseptual daripada menghafal. Dalam
menyelesaikan masalah, mereka akan taat kepada konsep yang telah mereka
pelajari, sehingga mereka dapat lebih mudah menyelesaikan masalah yang
dikembangkan.
Dalam kegiatan sehari-hari, seseorang
dengan kecerdasan matematika-logika cenderung menyukai kegiatan yang
bagi orang lain membuat pusing, seperti bermain catur dan bermain
teka-teki. Sedangkan dalam dunia kerja, mereka akan cenderung merasa
nyaman dengan pekerjaan yang membutuhkan analisis seperti insinyur,
ilmuwan, ataupun akuntan. Di sinilah mungkin yang lebih kita kenal
dengan anak cerdas di Indonesia.
Kecerdasan verbal
Orang dengan kecerdasan verbal dapat
mengungkapkan pikirannya secara jelas dengan menggunakan kata-kata,
secara tertulis maupun secara lisan. Mereka sangat pandai bertutur
sampai si pendengar atau pembaca benar-benar tahu apa yang
dipikirkannya. Mereka cenderung senang pada kegiatan yang berkaitan
dengan penggunaan suatu bahasa seperti membaca, menulis karangan,
membuat puisi, hingga menyusun kata-kata mutiara. Kelebihan lainnya
adalah mereka mempunyai daya ingat yang kuat sehingga mampu mengingat
istilah-istilah baru dan hal-hal yang bersifat detail.
Oleh karena itu, dalam dunia profesi kemampuan mereka sangat dibutuhkan dalam public speaking
sebagai wartawan, trainer, dan motivator. Selain itu, mereka juga
berpotensial dalam dunia menulis untuk menulis reportase, buku, dan
lain-lain. Sayangnya, saat ini di sekolah Indonesia pada umumnya, orang
yang cerdas dalam bidang ini kurang mendapat respon yang baik ketika
mata pelajaran matematikanya kurang baik.
Kecerdasan musikal
Kecerdasan musikal menunjukkan
kemampuan seseorang untuk peka terhadap suara-suara nonverbal, seperti
nada dan irama. Jika dengan kecerdasan verbal orang dapat mengungkapkan
pikiran dengan kata-kata, dengan kecerdasan mukical orang dapat
mengungkapkan emosi dengan nada dan irama. Orang dengan kemampuan ini
sangat tertarik untuk mendengarkan, memainkan, hingga menciptakan
melodi. Lagi-lagi, karena kondisi sekolah di Indonesia kebanyakan belum
menempatkan musik sebagai bagian penting bagi perkembangan manusia
seutuhnya, bahkan belum memberikan ruang yang memadai bagi orang-orang
yang memiliki kecerdasan musikal, perkembangan tokoh musik kontemporer
bahkan musik tradisional Indonesia sendiri semakin suram.
Kecerdasan visual-spasial
Kecerdasan ini lain lagi dengan dua
kecerdasan sebelumnya. Jika sebelumnya tipe kecerdasan yang dimaksud
adalah pandai mengungkapkan pikiran dan emosi melalui kata-kata dan
nada, orang dengan kecerdasan spasial justru pandai mengungkapkan
pikiran dan emosinya dengan objek yang dapat dilihat, baik berupa dua
dimensi maupun tiga dimensi. Indra penglihatan mereka sangat sensitif
sehingga mereka dapat dengan mudah mendapatkan informasi dari objek yang
dilihat. Misalnya, mereka dapat menafsirkan ukuran suatu benda dengan
mudah. Selain itu, mereka juga pandai membayangkan wujud suatu objek.
Kegiatan yang menarik bagi mereka adalah
sesuatu yang melibatkan objek dua dimensi maupun tiga dimensi, serta
kegiatan yang memainkan imajinasi mereka, seperti mencari jejak dan
bertualang. Dalam dunia profesi, mereka sangat tertarik dengan pekerjaan
yang memiliki produk yang hakikatnya untuk dilihat, seperti fotografer,
seniman, navigator, hingga arsitek.
Kecerdasan kinestetik
Kecerdasan kinestetik menunjukkan
kelihaian seseorang dalam menggunakan fisiknya secara aktif. Kecerdasan
ini dapat dijumpai pada orang yang unggul dalam suatu bidang olahraga.
Mereka dapat mengoordinasikan antara otak dan gerakan dengan baik
sehingga apa yang diinginkan otak dapat dipraktikkan dengan baik.
Sebagai contohnya, para atlet bulu tangkis, mereka jago mengatur ke mana
arah dan kecepatan shuttlecock bergerak.
Kecerdasan intrapersonal
Holmes mengatakan bahwa apa yang di
depan dan apa yang ada di belakang kita adalah hal yang kecil jika
dibandingkan dengan apa yang ada di dalam diri kita. Terkadang orang
membohongi dirinya sendiri dengan mengesampingkan apa yang sebenarnya
dia inginkan. Misalnya, dia mengejar suatu karir di bidang yang
sebenarnya tidak diminatinya, tetapi demi gengsi. Orang dengan
kecerdasan intrapersonal akan lebih peka terhadap dirinya sendiri,
mengenai apa yang dia rasakan dan dia inginkan. Mereka akan sering
melakukan instropeksi diri, mengoreksi kekurangan dan mencoba
memperbaikinya. Bahkan beberapa dari mereka cenderung menyukai kesunyian
dan kesendirian.
Kecerdasan interpersonal
Berbeda dengan sebelumnya, kecerdasan
interpersonal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap
perasaan orang lain. Meraka dapat mengetahui emosi orang lain meskipun
tidak ada bahasa verbal yang terucap, yaitu dengan bahasa nonverbal,
seperti raut wajah dan sikap tubuh. Keahlian mereka dalam memahami orang
lain membuat mereka mudah melakukan interaksi dengan baik sehingga
mereka dapat menjalin persahabatan yang akrab. Selain itu, mereka juga
dapat menjadi pemimpin yang baik karena kemampuan mereka dalam
memimpin, mengorganisasikan, menangani perselisihan antarteman, hingga
memperoleh simpati dari teman-temannya. Kecerdasan semacam ini juga
sering disebut sebagai kecerdasan sosial.
Kecerdasan Naturalis
Jika kecerdasan yang lain berhubungan
dengan diri sendiri dan orang lain (dalam konteks ini adalah manusia),
kecerdasan naturalis berhubungan dengan makhluk hidup lain, yaitu flora
dan fauna. Kecerdasan ini ditunjukkan dengan kecintaannya terhadap alam
sehingga orang yang memiliki kecerdasan ini sangat senang berada di
lingkungan yang alamil seperti pantai, cagar alam, gunung, dan hutan.
Selain itu, rasa penasaran mereka terhadap alam juga mendorong untuk
melakukan observasi dan eksplorasi dengan objek unsur-unsur alam,
seperti tanah, air, tumbuhan, dan hewan.
***
Begitulah, manusia diciptakan dengan
dominasi kecerdasannya masing-masing. Variasi ini membuat manusia mampu
berkolaborasi satu sama lain sesuai keahliannya. Misalnya, orang visual
berkolaborasi dengan orang naturalis, mereka dapat menciptakan video
kampanye pelestarian lingkungan. Dengan demikian, tidak perlu cemas
berlebihan jika nilai matematika kita buruk. Selain tetap berusaha
maksimal untuk memenuhi standar sekolah, kita dapat memaksimalkan skills lain yang kita miliki dan berprestasi melalui bidang tersebut.
Sebagai penutup, masihkah kita memiliki
pandangan bahwa manusia yang cerdas adalah hanya mereka yang pandai
matematika saja? Mudah-mudahan kita semua terbuka dan memahami bahwa
pada hakikatnya tidak ada manusia bodoh di muka bumi ini karena semua
sudah diciptakan sesempurna mungkin oleh Sang Pencipta dengan
kelebihannya masing-masing. Pengelompokan adanya manusia cerdas dan
bodoh hanya karena bisa atau tidaknya yang bersangkutan menguasai
matematika merupakan bukti nyata bahwa kita semua belum cerdas dalam
menyikapi ciptaanNya.
Oleh karena itu, marilah kita meluruskan
pemahaman tentang kecerdasan universal. Hal ini bisa dikolaborasi hanya
dengan sekolah yang tidak hanya memberikan tolok ukur kecerdasan anak
didiknya melalui tiga mata pelajaran yang diujikan secara serempak pada
waktu yang bersamaan (Ujian Nasional). Mudah-mudahan sekolah-sekolah
dasar khususnya di Indonesia bisa menjadi tempat pemotretan kecerdasan
yang dimiliki oleh para generasi penerus bangsa sehingga mereka semua
tidak terkotak-kotak dalam anak cerdas dan bodoh hanya karena satu atau
dua mata pelajaran. Dengan kondisi demikian, diharapkan mereka dapat
saling mengisi masa depan, berkolaborasi melalui kecerdasan yang
dimiliki masing-masing untuk kemajuan bersama.